Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran merupakan satu dari empat fakultas pertama yang merupakan cikal bakal berdirinya Universitas Padjadjaran, yang tercatat berdiri pada tanggal 11 September 1957, melalui disahkannya Peraturan Pemerintah No. 37/1957 dan dicatat dalam Lembaran Negara No.9 tahun 1957 tentang Pendirian Universitas Padjadjaran.
Bermula dari keinginan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Lie Kiat Teng, pada Kongres Ikatan Dokter Indonesia yang berlangsung tahun 1953 di Surabaya, timbulah gagasan untuk mendirikan fakultas kedokteran. Gagasan tersebut mendapatkan respon di Bandung sekitar empat tahun kemudian. Semula Villa Isola (Bumi Siliwangi) yang direncanakan sebagai kampus Fakultas Kedokteran, namun belakangan lokasi berpindah ke RS Rantjabadak. Pada waktu itu secara bersamaan RS Rantjabadak sedang membangun tiga gedung baru untuk Bagian Penyakit Dalam, Bagian Kesehatan Anak, Ruang Laboratorium, dan Ruang Kuliah.
Atas inisiatif dan semangat sejumlah tokoh di Jawa Barat, dibentuklah Yayasan Fakultas Kedokteran Bandung yang terdiri dari H.A Patah (ketua) Prof. DR Moch. Djoehana Wiradikarta (Wakil Ketua) dr. Chasan Boesoerie (Sekretaris), Djundjunan Setiakusumah, drg., R.G. Soeriasoemantri, R.H. Enoch (Walikota Bandung) dan Moch Kurdi. Para pengelola Yayasan menghubungi Prof. Sarwono dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Secara hampir bersamaan pula, pada tahun 1956 dibentuklah Komite Pembentukan Universitas Negeri Bandung. Dekan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran adalah Prof. Rd. Moch. Djoehana Wiradikarta.
Sepanjang 1957 – 1960 terdapat 26 tenaga pengajar dan asisten. Kebutuhan tenaga pengajar ketika itu diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri. Kala itu cukup banyak tenaga pengajar maupun petinggi Fakultas yang memang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada FK UGM). Sebagian tenaga pengajar berasal dari Fakultas Teknis Universitas Indonesia (kini Institut Teknologi Bandung). Mereka memang diundang dan mendapatkan rumah dinas dari dekan sekaligus direktur RS Rantjabadak pada waktu itu yaitu dr. Hasan Sadikin.
Pendaftaran mahasiswa kala itu dilakukan di sebuah bioskop di Jalan Merdeka (Bioskop Panti Karya), dan tidak dilakukan tes. Seleksi mahasiswa dilakukan melalui penilaian ijazah SMA. Seleksi alamiah terjadi selama masa perkuliahan. Banyak mahasiswa yang memutuskan untuk mengundurkan diri terutama karena ritme perkuliahan yang cukup padat. Terkait dengan kelangkaan jumlah mahasiswa, dr Hasan Sadikin menghimbau agar angkatan awal bekerja keras dengan harapan Fakultas Kedokteran segera menghasilkan dokter medik.
Hingga dasawarsa 1960-an, tempat perkuliahan dan praktikum tersebar di beberapa lokasi, yakni Rantjabadak- cikal bakal kampus FKUP adalah dua bangunan kelas kembar di sebelah Barat Rumah Sakit RantjaBadak, Kampus jalan Dago 248, Laboratorium Kimia, Fisiologi dan Mikrobiologi, Kampus Dipatiukur – Ruang C, Kampus Pendidikan Guru Taman Kartini di Jalan Van de Venter, dan Jalan Ganesha di Fakultas Teknik UI yang belakangan menjadi ITB.
Semasa Hasan Sadikin menjabat Direktur Rumah Sakit Rantjabadak sudah muncul himbauan untuk mengubah nama rumah sakit tersebut. Karena alasan kesibukan bahkan hingga akhirnya Hasan Sadikin meninggal imbauan tersebut belum terlaksana. Untuk mengenang jasa-jasa Hasan Sadikin maka nama RS Rantjabadak diubah menjadi RS Hasan Sadikin.
Hingga saat ini pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran telah dijabat oleh 15 orang dekan.