Asy-Syifaa merupakan salahsatu ikon terpenting dalam sejarah pendirian institusi kedokteran di UNPAD dan juga bagi alumninya. Masjid Asy-syifaa ini merupakan masjid kampus pertama yang didirikan di Bandung bahkan Indonesia, tepatnya dibangun pada tanggal 14 Desember 1963 atau 27 Rajab 1833 H. Bandingkan kelahirannya dengan Masjid Salman ITB yang baru dibangun pada tahun 1972.
Sejarah Asy-Syifaa dimulai pada bangunan yang terdapat di Rumah Sakit Rancabadak berupa mushalla kecil dibawah tangga di depan gerbang yang menghadap ke Jl. Pasteur. Karena ketatnya jadwal perkuliahan, maka dibutuhkan tempat untuk menunaikan shalat dzuhur dan ashar maupun sholat Jumat di kampus. Pada waktu itu dibentuklah sebuah perkumpulan mahasiswa yang dinamakan Badan Koordinasi Keislaman Kesehatan (B3K), pimpinan Ibin Kutibin, yang pada awalnya hanya mengurusi kegiatan kerohanian Islam untuk mahasiswa di kampus. Dari seringnya diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa B3K, maka dicetuskanlah keinginan untuk mendirikan masjid “Asysyifaa” di Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Rancabadak (nama lama dari RSHS).
Direktur Rumah Sakit Rancabadak waktu itu yaitu Dr. H. Hasan Boesorie sangat mendukung dan beliau menyediakan sebidang tanah bersebelahan letaknya dengan Ruang Potong Anatomi (dikenal dengan Ruang POTA) menghadap Jalan Pasirkaliki. Ciri khasnya sewaktu itu adalah menara besi yang menjulang hampir sekitar 10 meter. Gambar bangunan Masjid Asy Syifaa pada waktu itu dikerjakan oleh Ir. H. Achmad Nu’man dan juga Prof. Achmad Sadali.
Biaya pembangunan masjid rupanya diupayakan oleh para mahasiswa baik dengan meminta donasi dari berbagai pihak, maupun dengan cara ikut menjadi “tukang” dalam pembangunan mesjidnya. Adapun donatur yang tercatat dalam pembangunan awal Mesjid Asy Syifaa antara lain A. Kasoem (pengusaha kaca mata), Krido Harsoyo (Pimpinan Bank Pemerintah), Mustafa Hafas (pemborong besar), Suwarma (dealer Mercedes), Drs. Mirza Nasution (Direktur PN Bio Farma), Jenderal Sudirman (SESKOAD), Kol Abu Bakrin (Seskoad), H. Syafei (tokoh Masyumi), H. Djaja Rachmat (tokoh Masyumi), Oja Somanteri (BPH Prop. Jabar), AK Basumi (Pemprop Jabar), KH. Sobandi (tokoh Syarikat Islam) di, Pak Otjo pemborong kaya di Kebon Jeruk (sekarang Jl. Junjunan), KH. EZ Muttaqien, Abyan Sulaiman (Kepala Rohis Kodam Siliwangi), KH Ahmad Satori (Kepala Kantor Agama Jawa Barat), Ruchiyat (pemilik hotel Panghegar), Sondak (pemilik hotel Homan), Raden Atang (pemborong besar yang beralamat di Jl. Braga), instalatur listrik dan air dibantu oleh pengusaha instalatur Rd. Abdullah Cholil yang beralamat di Jl. Aceh 63 Bandung, HATR Hassan (Pengusaha Perkebunan Teh Dewata), H. Baruddin dan H. Ridwan (ayahanda dr. Edi Budiman aktivitis Asysyifa), sedangkan angkutan barang selama pembangunan dapat pinjaman truk dengan supir dan bensinnya dari PT. Cisangkan (di Jl. Dago), H. Achmad Jl. Cipaganti, Lurah Sukajadi Opi (rumahnya di Jl. Cihampelas), para pengusaha Batik Tasikmalaya seperti H. Badrudin dan yang lainnya.
Dalam menjalankan programnya, Masjid Asy-Syifaa tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, peran masjid ini juga menjadi tempat untuk para mahasiswa melakukan mentoring perkuliahan yang biasanya dibimbing oleh kakak kelas angkatan. Berbagai preparat khususnya yang menyangkut ilmu dasar seperti Histologi, Parasitologi, ataupun Biologi Medik sering diajarkan oleh kakak pada adik kelasnya di selasar bangunan masjid ini.
Dalam perkembangannya, masjid Asy Syifaa mengalami beberapa kali perpindahan. Pada 1993, dimulailah proyek peningkatan RSUP Hasan Sadikin menjadi rumah sakit model Teaching Hospital. Pembiayaan sepenuhnya dari sebuah lembaga donor asal Jepang yaitu Japan International Cooperation Agency (JICA). Proyek ini merupakan proyek yang dilaksanakan secara multi years dan meliputi 3 tahap proses pembangunan. Tahap Pertama adalah pembangunan sisi Jalan Eijkman yang meliputi pembangunan sarana Unit Gawat Darurat, operation theatre dan sarana Rawat Inap Parahyangan. Tahap Kedua adalah pembangunan sisi Jalan Pasir Kaliki yang meliputi pembangunan diagnostic center, Ruang Kebidanan dan Ruang Penyakit Dalam. Tahap Ketiga adalah pembangunan di area tengah dan sisi Jalan Kesehatan atau Jalan Rumahsakit yang meliputi renovasi sisi muka RSHS, pembangunan masjid, Ruang Penyakit Anak dan sebagainya. Pada tahap ini juga akan dilakukan pembangunan Fakultas Kedokteran yang akan disambungkan melalui sebuah jembatan penghubung di lokasi Jl. Eijkman No. 38 Gedung yang dibangun seluas 27.000 m2.
Dengan disetujuinya proyek ini, maka kampus Fakultas Kedokteran Unpad di Jalan Pasirkaliki (lokasi rumah sakit RSHS) harus dibongkar, karena letaknya persis pada lokasi tahap pertama pembangunan RSHS dilakukan. Oleh karena itu, sekitar 1996 Ruang Potong Anatomi (sering disebut ruang POTA), Kamar Mayat dan Masjid Asy Syifaa diruntuhkan. Sebagai gantinya, bangunan-bangunan tersebut kembali dibuat yang direncanakan pada pembangunan tahap ketiga proyek JICA tersebut. Seluruh aktivitas perkuliahan dipindahkan ke Jatinangor, termasuk ruang-ruang kuliah yang ada di Jalan Dago 248 dan Jalan Dago 4. Di sinilah awal perpindahan Fakultas Kedokteran dari Bandung ke Jatinangor
Dengan dimulainya pembuatan tahap pertama pembangunan Paviliun Parahyangan, Masjid Asy Syifaa akhirnya dipindah menempati gedung sisi Barat Rumah Sakit Hasan Sadikin. Namun perpindahan mesjid ke bangunan ini tidak berlangsung lama, sekitar 3-4 tahun kemudian RS Hasan Sadikin kembali mengalami pengembangan dan akhirnya dipindahkan lagi ke Gedung ex. mess ko ass bersebelahan dengan Jalan Kesehatan hingga saat ini. Hingga saat ini bangunan masjid inilah yang disebut sebagai Masjid Asy Syifaa 1.
Menurut master plan terbaru dari RSHS, maka lokasi Masjid Asy Syifaa 1 saat ini kemungkinan akan berubah lagi menempati sisi barat dekat perempatan jalan Pasteur-Pasirkaliki. Ditempatkannya lokasi tersebut dengan maksud agar masjid dapat diakses tidak hanya oleh civitas dari fakultas maupun rumah sakit, namun juga oleh masyrakat umum. Selain itu lokasi masjid yang sekarang terlalu berdekatan dengan masjid Biofarma.
Perpindahan kampus Fakultas Kedokteran dari Pasirkaliki ke Jatinangor mengakibatkan berpindahnya pula kegiatan aktivitas kemahasiswaan Asy Syifaa ke Jatinangor. Awal mulanya kegiatan sholat maupun aktivas mahasiswa muslim dilakukan di sebuah ruangan di lantai 2 Gedung A1 Dekanat Kampus Jatinangor. Kondisi darurat tempat tidak membuat semangat beraktivitas khususnya dalam bidang keagamaan yang diusung mahasiswa Asy Syifaa ini menurun. Berbagai inisiatif dicoba digalang secara bahu membahu antara pihak pimpinan dengan para nahasiswa untuk membuat bangunan yang lebih representatif digunakan untuk melakukan aktivitas ibadah.
Akhirnya pihak Fakultas membuatkan sebuah bangunan semi permanen sebelah kantin untuk dipergunakan sebagai musholla. Pada tahun 2008, atas dukungan dari Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POMA) dan sumbangan hibah bantuan dari Padjadjaran Mitra, dibangunlah Gedung Student Center dimana pada lantai 2 sisi Barat Gedung Student Center ini, dibuatkan sebuah masjid yang hingga saat ini disebut sebagai Masjid Asy Syifaa 2. Gedung Student Center ini dilengkapi juga dengan berbagai fasilitas kemahasiswaan diantaranya kantin, ruang aktivitas kemahasiswaan, dan lapangan futsal.
Selanjutnya dalam upaya memberikan pelayanan dalam kegiatan ibadah di Kampus Eijckman, maka atas inisiatif Dekan FK pada waktu itu, Tri Hanggono Achmad, maka digagaslah pembangunan masjid Asy-Syifaa 3 di area void tengah gedung Eijckman dan dinamakan Masjid Asy Syifaa 3. Masjid ini merupakan bantuan sukarela dari para alumni yang secara rereongan berupaya mengumpulkan dana bagi pembangunan mesjid ini. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sumbangan dapat terkumpul dan masjid pun dapat diresmikan pada tanggal 21 September 2012 bertepatan dengan acara Dies Natalis FK UNPAD ke-55.
Saat ini alumni AsyS-Syifaa dalam proses membentuk perkumpulan dan yayasan Alumni Asy-syifaa dengan contact person Suherman dan alamat sekretariatnya di Jalan Surapati 86-B Bandung, 40122.
Nama-nama alumni yang pernah menjadi Ketua DKM ASy Syifaa adalah sebagai berikut:
1963-1967 Ibin Kutibin
1967-1976 dipegang oleh masyarakat
1976-1978 Mudjaddid
1978-1980 Kadarsyah
1980-1982 Suherman
1982-1984 Undang Ruhimat
1984-1986 Cecep Zainal Kholis
1986-1988 Nikmatullah Mansur
1988- 1990 Ahmad Rizal
1990-1992 Endang Suherlan
1992-1993 M Iqbal
1993-1994 Helmi Budiman
1994-1995 Imam Subekti
1995 – 1999 Gaga Irawan
1999-2000 Irman Permana
2000 – 2002 Kornadi
2002-2003 Dhadi Ginanjar Darajat
2003- Adi Nugroho
2004 Anton Prio Wahyudi
2005 Muhammad Barry Akbar
2006 Rosadi Putra
2007 Muhammad Ilhamul Karim
2008 Reza Mossadeq
2008-2009 Rizky andhika
2009 Nesta Enggra
2010 Yasir Banadji
2011 Rialta Hamda
2012 Saifan Abdurrahman
Sejak peringatan 50 tahun Asysyifaa yaitu 2012/2013 sampai saat ini, Asy-Syifaa sesuai dengan lokasinya memiliki 3 ketua dkm, dengan ketua umum Noorman Herryadi (Alumni angkt. 72)