Pengantar redaksi:
Bila anda hendak merekomendasikan dosen Unpad untuk ditampilkan dalam rubrik ini, kami tunggu rekomendasinya beserta sekilas informasi tentang sisi menarik dari sang dosen tersebut ke email info@unpad.ac.id dan cc ke webunpad@yahoo.com.
Laporan oleh: Eka Bahtera
[Unpad.ac.id, 17/10] Bukan mimpi ataupun sebuah cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Baginya, dari sejak kecil pelajaran Biologi pun merupakan pelajaran yang tidak disukai. Namun lewat sebuah motto “jangan pernah putus asa dan selalu punya visi untuk melakukan hal lebih baik” serta didasari sebuah tujuan mulia untuk mengabdi kepada masyarakat, membuat Ahmad Faried, dr., PhD kemudian terjun mengenyam asam garam dunia kedokteran.
“Sebetulnya bukan cita-cita saya menjadi dokter, dulu ingin menjadi pilot. Saya tidak suka biologi, tetapi akhirnya saya masuk kedokteran. Lalu saya banyak belajar di luar serta membuka wawasan baru,” tutur dokter kelahiran Jakarta yang menyabet gelar sarjana di Fakultas Kedokteran (FK) Unpad ini.
Dalam perjalanan karirnya menggeluti dunia kedokteran, kesadaran untuk melayani pasien lebih baik menjadi hal yang utama. Ahmad pun menyadari bahwa penelitian merupakan salah satu pusat gravitasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Bagi Ahmad, penelitian itu harus didasari mentalitas merealisasikan ide menjadi sebuah tindakan atau produk yang nyata.
“Secara general, orang melakukan penelitian untuk karir, naik pangkat atau golongan. Tapi dalam kedokteran, menurut saya penelitian itu merupakan suatu keharusan. Tanpa penelitian, kita tidak mungkin mengobati pasien dengan cara lebih baik. Penelitian yang kita lakukan tidak harus yang sangat complicated, tidak harus selalu advance. Penelitian bisa apapun, sesederhana apapun. Intinya untuk perbaikan sistem dan perbaikan pelayanan,” lanjut Ahmad.
Saat ditemui di ruang Unpad News and Information Center (UNIC), Koordinator Penelitian, Unit Kesehatan Penelitian Fakultas Kedokteran Unpad ini kemudian bercerita terkait dengan peneltian terbarunya yang berkolaborasi dengan Gunma University Jepang mengenai Sel Punca.
“Kemarin topik penelitian saya mengenai Sel Punca. Sel ini unik, sebuah sel primitif yang kita punya bisa berubah jadi apa saja di dalam tubuh. Ditempel di jantung jadi jantung, di tempel di mata jadi mata, begitupun di otak, jadi otak,” jelasnya.
Ahmad mengatakan bahwa potensi penelitian Sel Punca ini akan terus coba digali hingga bisa digunakan dan berguna untuk pasien. “FK Unpad ingin penelitian ini terus dikembangkan dari basic sampai klinis untuk pasien. Intinya memulai research ini dari dasar, untuk kemudian nanti ditarik ke klinis,” katanya.
Mentalitas merealisasikan sebuah ide menjadi sebuah produk dalam penelitian, kemudian membuahkan hasil bagi Ahmad. Ia meraih juara III pada Ristek-Kalbe Science Award 2010 yang digelar Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) dan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) pada akhir bulan lalu.
Ahmad menjelaskan bahwa dalam Ristek-Kalbe Science Awards ini, penelitiannya difokuskan untuk membuat sebuah produk penelitian. Produk penelitian yang diangkat adalah mengenai obat kanker jenis baru yang belum ada dipasaran, dengan tujuan obat kanker tersebut dapat mengenali sel kanker dan diharapkan akan menjadi produk alternatif serta bisa digunakan.bagi penyembuhan penyakit kanker
“Obat-obat kanker yang ada saat ini, bukan hanya membunuh sel kanker tetapi juga membunuh sel-sel normal. Kenapa orang yang diterapi kanker ada efek sampingnya seperti kepala botak, mual dan muntah, karena sel normalnya juga diserang. Nah obat yang kita punya di design supaya tidak mengenali sel yang normal,” imbuhnya.
Ahmad menuturkan bahwa obat tersebut saat ini tengah mengalami uji klinikal di Jepang. “Obat ini mau diaplikasikan uji klinikal fase 1 di Jepang. Ini kolaborasi Unpad dengan Gunma University serta Tokushima Research Institute di Jepang,” tutur penyabet gelar Doktor di Gunma University Jepang ini.
Banyaknya kolaborasi penelitian dengan negara lain, membuat Ahmad menyadari bahwa hubungan yang baik dengan universitas dan lembaga penelitian di negara lain merupakan sebuah hal yang sangat penting. “Kita nge-link dengan Jepang itu research-nya serta klinis. Karena dalam penelitian bidang kedokteran, kadang-kadang alatnya tidak ada, dan itu akan membuat sulit,” ungkapnya.
Menurut Ahmad, kolaborasi penelitian dengan negara yang lebih maju juga akan sangat penting untuk menentukan kualitas penelitian yang dilakukan. “Kita bawa penelitian kita ke Jepang untuk kolaborasi mengenai hasil penelitian yang harus dibuktikan dengan teknologi yang advance,” katanya. (eh)*
Sumber : news.unpad.ac.id