Our News

Dr. Irina Among Praja – Sukses Mendidik Anak Pemulung

May 6, 2013by Administrator

Pengantar:

“Dr Irina Amongpradja adalah dokter lulusan FK UNPAD angkatan 1977.  Beliau mengagas Sekolah KAMI yang merupakan sekolah untuk anak-anak kaum pemulung.

 

BEKASI, (PRLM).- Berdiri pada 2001, sekolah KAMI lahir karena keprihatinan Irina Amongpraja. Ketika itu, dia melihat banyak anak-anak yang harusnya menikmati bangku sekolah malah mengais-ngais sampah atau kardus bekas. Menyaksikan itu, batin Irina terkoyak. Pikirannya pun terus terusik.Setelah ditimbang-timbang, dokter perempuan asal Bekasi, Jawa Barat, ini akhirnya memutuskan meninggalkan profesinya. Ia lalu terjun ke dunia pendidikan. Bersama temantemannya, ia menyewa sebidang tanah bekas tempat sampah.

Tempat yang tadinya merupakan pembuangan sampah ini, disulap menjadi istana para pemulung kecil. Di tempat yang kotor dan bau itulah, sekolah KAMI hadir dengan aura kasih sayang yang kental.

Irina-Among-Praja2Pertama berdiri, tantangan langsung menghadang. Banyak orangtua yang tak rela anaknya menuntut ilmu di sekolah ini. Meski tak dipungut biaya sepeser pun, mereka lebih memilih anaknya memulung daripada sekolah. Alasannya, hasilnya nyata: dapat uang.

Namun Irina tak patah arang. Ia dan para pendidik dengan sabar terus berusaha melunakkan hati keluarga pemulung. Kerja keras mereka tak sia-sia. Banyak anak pemulung yang akhirnya mau bersekolah di tempatnya.

Selain menampung anakanak pemulung yang ada di area Bekasi dan sekitarnya, sekolah KAMI juga mendidik anak pedagang keliling, anak tukang ojek dan anak pembantu rumahtangga. Karena mayoritas anak pemulung, waktu belajarnya pun dibuat singkat. Hanya 4 jam sehari. Mulai pukul 8 pagi hingga pukul 12 siang. Jam belajar sengaja dibuat singkat agar anak-anak pemulung tetap bisa bekerja membantu orangtuanya mengais rizki dari barang bekas.

Meski hanya 4 jam, anak-anak tetap bisa menyerap banyak ilmu. Tak hanya belajar membaca, menghitung, dan pelajaran umum lainnya, tapi juga mendapat pendidikan akhlak, kejujuran dan sopan santun. Selain itu, mereka dibekali beragam keterampilan. Seperti keterampilan membuat sabun, bermusik, beternak, berkebun, merajut, menjahit, membuat tas dari kertas daur ulang dan lainlain. Harapannya, mereka bisa mendapatkan penghasilan dari tiap keterampilan itu.

Cara pengajaran di sekolah ini sebisa mungkin dibuat menyenangkan. Agar anak-anak tak mudah jenuh dan bosan. Konsepnya pun berbeda dari sekolah pada umumnya. Siswa yang bersekolah di sini, tak perlu mengenakan seragam. Cukup hanya dengan kaos oblong, celana pendek dan sandal jepit, proses belajar pun jalan.

Kini jumlah siswanya 150 orang. Dengan 7 orang guru dan 4 staf. Mereka tak digaji. Hanya mendapat uang pengganti transport. Sekolah yang memiliki jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama ini pun sudah banyak meluluskan pemulung-pemulung kecil.(A-147)***

Sumber Berita: