[dropcap]D[/dropcap]unia bedah syaraf otak di Indonesia maju selangkah. RS Hasan Sadikin, Bandung, sejak pekan lalu mengembangkan prosedur baru dalam operasi bedah otak, yakni awake surgery alias pasien sadar saat operasi berlangsung.
Pasien kedua yang berhasil ditangani dengan prosedur ini adalah Reza Triandika Rinaldi, 17 tahun. Pengidap tumor otak yang diduga jenis astrositoma ini dioperasi sekitar tiga jam, Sabtu (13/12) siang. Dua hari sebelumnya, operasi serupa dilakukan terhadap Suparto, 34 tahun, warga Maracanang, Purwakarta.
“Dengan prosedur ini, ketika tulang tengkorak dan otak dibuka, juga saat tumor diangkat, pasien dalam kondisi sadar. Bahkan, pasien bisa diajak bicara, membaca koran, atau melihat video,” kata dr Setyo Widi, ahli bedah syaraf RS Hasan Sadikin, kepada wartawan, sebelum mengoperasi Reza. Pada kesempatan itu, ia didampingi Cissy Rachiana, Direktur Utama RS Hasan Sadikin.
Prosedur ini terbilang baru. Sebelum operasi, pasien cukup dibius dengan dosis tertentu sehingga tak kehilangan kesadaran laiknya pembiusan total. “Di Indonesia, saya kira, kita yang pertama melakukan prosedur ini,” kata Widi.
Menurutnya, prosedur ini sangat cocok untuk menangani berbagai kasus tumor yang letaknya ada di permukaan otak sehingga relatif gampang diambil. Prosedur ini juga cocok untuk menangani tumor yang letaknya di daerah-daerah vital sehingga pasien harus terus dimonitor selama operasi berlangsung.
Misalnya, ada tumor yang tumbuh di daerah pusat bicara di otak. Dalam menangani, tim dokter harus mengambil tumor tersebut melalui daerah yang tidak berfungsi sebagai pusat bicara. Untuk mendeteksi agar tidak terjadi kesalahan, “Saat dioperasi, pasien harus dalam keadaan bangun sehingga bisa kita tanya. Bisa juga kita minta menghitung angka 1-10,” kata Widi.
Berkait dengan Reza, dokter harus mengangkat tumor yang letaknya di daerah pengatur tangan dan kaki. Untuk itu, selama operasi, warga Babakan Tarogong, Kopo, Bandung itu harus mampu menggerakkan kaki dan tangannya. Selain mengaku pusing berat sejak tiga bulan lalu, Reza memang sempat mengalami lemas pada kaki dan tangan kirinya.
Selama operasi berlangsung, terbukti gerakan tangan dan kaki anak pasangan Denny Wachyudie dan Tetty Kriswandiati tak ada masalah. Bahkan, ia sempat mengacungkan jempol tangannya ke anggota keluarga yang menyaksikan lewat layar monitor.
Bagi pasien seperti Reza, prosedur baru ini akan menghemat biaya karena obat-obatan yang dipakai lebih sedikit, sehingga biayanya bisa ditekan. Selain itu, pasca operasi pasien tak perlu masuk ruang ICU, seperti dalam prosedur bedah tumor yang lama. Orang mafhum, biaya di ICU sangat mahal.
Ke depan, kata Widi, “Kita berharap, pasien pagi dioperasi, sore sudah bisa pulang. Di tahap awal sekarang kita memang masih merawat pasien 1-2 hari. Tapi itu sudah lumayan singkat dibanding sebelumnya yang perlu perawatan 7-8 hari.”
Meski menjanjikan, prosedur ini tetap punya keterbatasan. Widi menegaskan, awake surgery hanya diterapkan pada pasien yang operasi pengangkatan tumornya tak memakan waktu lebih dari empat jam. Selain itu, letak tumor otaknya tak terlalu dalam dan rumit.
Dwi Wiyana – Tempo News Room